Langsung ke konten utama

Siapa Bilang Ini Sudah Aman ?

Semua orang selalu berharap apa yang diperjuangkannya berakhir pada ending yang diharapkan. Ending di mana kebahagiaan datang dan layaknya si pesulap Damian bilang "Sempurna". Kenyataannya tidak ada yang sama sekali sempurna di dunia ini. Sebab itulah adanya Tuhan. Tuhan satu-satunya Sang Maha Sempurna. Setiap manusia pasti berharap menutup akhir penantian dengan ucapan "Semua Indah Pada Waktunya".

Waktunya Kapan ?
"Waktunya itu sebenarnya kapan ?", pertanyaan besar bagi semua manusia. Apa yang mesti dilakukan dengan penantian yang terkadang merasa bodoh untuk dinanti. Berpikir untuk mempersiapkan segala waktunya sesuai dengan rencana kita. Terkadang ketika kita merasa semua sesuai dengan rencana kita, di saat itu bisa jadi Tuhan membiarkan kita belajar. Tuhan bisa kita panggil guru juga ternyata di berbagai profesi dalam kehidupan-Nya bagi kita.

Mengapa saya menyebut Tuhan membiarkan kita belajar ?. Rencana manusia bisa dibilang selalu disertai ambisi di setiap langkah pencapaiannya. Ambisi manusia bisa dibilang selalu memakan korban materi maupun rohani orang lain. Misalnya ketika kita menabung dan mempunyai tujuan untuk membeli barang yang mahal. Dalam usaha pengumpulan uang, kita tanpa sadar menjadi pribadi yang sangat materialistis. Seringkali kita pelit kepada adik, kakak, teman, atau bahkan orang tua kita. Apalagi untuk bersedekah pada pengemis.

Ambisi Yang Merusak
Semua berjalan tanpa kita sadari tanpa mengetahui bahwasanya ambisi sedang menguasai pola pikir kita. Pada akhirnya ketika membeli barang tersebut, ternyata barang tersebut cacat dan kita kecewa. Rasa kecewa yang kita rasakan dari ambisi buta kita pasti sangat dalam. Rasa kecewa yang berlebihan tentu saja merusak dan merugikan diri kita sendiri.

Akhirnya manusia itu berdoa lagi kepada Tuhan memohon ampun sekali lagi. Dalam keputusasaan manusia itu berusaha menjaga kualitas dan kuantitas doanya. Dan suatu pagi berganti malam berbalik menuju pagi lagi. Itulah hari dan itulah manusia hidup dengan hari. Hari tersebut tiba-tiba terjadi hujan yang mewarnai pagi dan malam tadi.
Pagi dan Malam Kehidupan
Hujan bisa jadi hanya salah satu warna dari hari. Bagaimana bisa kita sebut warna jika tidak beranekaragam. Begitu pula rencana kita yang hanya se-sederhana pagi dan malam. Sedangkan rencana Tuhan adalah warna yang diberikan pada hari tersebut. Dalam kehidupan nyata, tanpa sadar kita dipertemukan Tuhan pada suatu pilihan yang harus kita ambil dan kita sama sekali tidak bisa membayangkan apa akibatnya.

Warna Indah Kehidupan
Tuhan sekali lagi membantu mengingatkan otak kita tidak berarti apa-apa dari rencana-Nya. Warna yang diberikan semakin beranekaragam pada rencana kita. Ketika pewarnaan selesai dengan sempurna beserta gradasi layaknya mahakarya. Mahakarya dari Maha Pencipta adalah saat dimana kita bilang "Memang Tuhan tidak pernah tidur". Memang teman-teman, Tuhan itu seniman sejati hidup kita yang tidak pernah kehabisan kreativitas menciptakan mahakarya dalam kehidupan. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Burger

Makanan yang sering banget muncul waktu kartun Spongebob Squarepant. Dimana waktu di kartun ini makanan ini dipuja-puja jadi makanan terenak dan membawa kebahagiaan. Ya terlepas dari realita kartun tadi, bagi saya burger ini punya arti sendiri pada hidup. Krabby Patty di Serial Spongebob Squarepants Ditemukan pertama kali sekaligus merupakan makanan khas kota Hamburg, Jerman. Ialah sebuah makanan yang terdiri dari tumpukan dua roti bundar ata bun yang biasanya terdapat daging, sayuran bawang serta saus di antaranya. Kalo di Indonesia dapat kita beli di restoran cepat saji. Ada hal unik yang menurut saya bisa dilihat dari hamburger atau burger ini. Prinsip utama burger adalah dua roti bundar yang menjadi alas serta penutup roti ini. Sedangkan isinya bisa diubah sesuai dengan selera. Burger ini banyak sekali macamnya dan sangat fleksibel sekali, sesuai dengan kehidupan setiap orang berbeda namun punya dasar yang sama sebenarnya. Dua roti bundar tadi bisa diibaratkan bagaimana keh...

Bergeser Seperti Semula Lutut Saya

Semua terjadi begitu cepat, tanpa terasa muncul kehancuran masa depan di pikiran. Dislokasi lutut bukan hal sepele buatku. Pertandingan basket tempo hari seakan menjadi hari terakhir berolah raga. Keadaan sehat walafiat pun sekejap sirna dari bayangan cacat dan trauma seumur hidup. Harapan hidup nikmat berasa hilang dalam secepat kilat. Si Maria main ke rumah waktu tadi siang. Tanpa sengaja pacar saya ini duduk di lutut saya. Sekejap saya berteriak kesakitan karena lutut saya bergeser dari tempat sewajarnya. Saya berusaha berteriak minta tolong pada siapapun, namun hingga dua jam segala jerih payah seakan sirna. Klinik di perumahan pun tidak berani berbuat apa-apa. Waktu itu posisi saya sedang berada di lantai 2. Pikiran saya hanya ada kata "Rumah Sakit". Bergerak sesenti pun benar-benar menambah rasa sakit pada lutut saya. Sopir Taksi pun menyerah untuk mengevakuasi saya ke Rumah Sakit. Saya memutuskan untuk meminta jasa ambulan dari rumah sakit terdekat. Ambulan pun sedang...

Surat Untuk Sang Wahai

 Kenapa surat ini bertuliskan untuk sang wahai ? Bukan kah wahai itu hanyalah sebuah kata sambung di depan yang berarti penekanan untuk subjek itu sendiri. Dan kenapa Sang Wahai ? bukannya Wahai itu di depan ? bukannya di belakang ?. Semua pertanyaan ini akan terjawab ketika aku bertemu sebuah sosok yang bisa menjadi penekanan untuk semua hal yang diusahakan. Jadi maksudnya siapa ? Maksud dari Sang Wahai adalah Calon istri dan ibu dari anak-anakku kelak. Kenapa saya mencantumkan kata ibu setelah istri ? Bukan kah wajib hukumnya bahwasanya peran ibu lebih penting dibandingkan peran istri ? Saya pun setuju posisi ibu jadi sebuah jabatan tertinggi yang diberikan kepada manusia dan hanya diberikan kepada wanita saja. Lalu kenapa calon istri yang disebut pertama ? dan kenapa seakan-akan menjadi sebuah prioritas untuk diperbincangkan ? Jawabannya adalah tidak semua istri akan mendapat kepercayaan menjadi seorang ibu. Disini saya tidak sedang berbicara "Bagaimana cara menjadi sosok ibu y...