Hari pertama setelah hari kemarin. Semua berjalan sangat lambat, mata saya tetap menanti sesuatu di layar. Berharap semuanya akan baik-baik saja dan tidak menyakitkan. Menyakitkan di segala sisi, memang begitu kalo ketergantungan terhadap sesuatu. Ketergantungan mengakibatkan kita seakan-akan tidak bisa hidup tanpa hal tersebut.
Menjadi lemah itu wajar, wajar sekali bahkan jika mencoba menghentikan ketergantungan. Bukan hal yang mudah hidup tanpa seseorang yang disayangi. Semua seakan berjalan menuju sesuatu yang tidak tahu arah tujuan akhir. Asal berjalan dengan mata menatap hanya ke depan. Tidak menoleh kanan dan kiri, seakan tidak mengerti bahwa dunia sedang berjalan sangat cepat.
Hari ini menyaksikan binatang yang paling ditakuti dia sekarat itu adalah sesuatu hal yang absurd. Saya merasa absurd karena saya merasa senasib seperti kecoa tersebut. Dia tidak akan sungkan dan malu mengusir bahkan membunuh kecoa tersebut.
Kecoa itu sepertinya habis terinjak seseorang atau bagaimana sehingga tubuhnya hancur hingga lengket di lantai. Tetapi dia masih berusaha hidup dan berusaha lari meskipun tidak bergerak satu senti pun. Nasib saya lebih beruntung dari kecoa tersebut. Saya masih bisa bernafas panjang dan lebar.
Terbanglah kecoa, bukan pada tubuhmu yang lagi hancur tapi jiwamu yang tidak berdosa ke surga. Sepertinya masih ada harapan untuk berbuat sesuatu. Sesuatu sebelum segalanya benar-benar mencapai tahap abadi. Ketika seseorang berbicara keabadian, mungkin saja itu baik atau bahkan mengerikan. Keabadian kali ini hanya Tuhan yang tahu. Terbang Terbang Terbang.
Menjadi lemah itu wajar, wajar sekali bahkan jika mencoba menghentikan ketergantungan. Bukan hal yang mudah hidup tanpa seseorang yang disayangi. Semua seakan berjalan menuju sesuatu yang tidak tahu arah tujuan akhir. Asal berjalan dengan mata menatap hanya ke depan. Tidak menoleh kanan dan kiri, seakan tidak mengerti bahwa dunia sedang berjalan sangat cepat.
Hari ini menyaksikan binatang yang paling ditakuti dia sekarat itu adalah sesuatu hal yang absurd. Saya merasa absurd karena saya merasa senasib seperti kecoa tersebut. Dia tidak akan sungkan dan malu mengusir bahkan membunuh kecoa tersebut.
Kecoa itu sepertinya habis terinjak seseorang atau bagaimana sehingga tubuhnya hancur hingga lengket di lantai. Tetapi dia masih berusaha hidup dan berusaha lari meskipun tidak bergerak satu senti pun. Nasib saya lebih beruntung dari kecoa tersebut. Saya masih bisa bernafas panjang dan lebar.
Terbanglah kecoa, bukan pada tubuhmu yang lagi hancur tapi jiwamu yang tidak berdosa ke surga. Sepertinya masih ada harapan untuk berbuat sesuatu. Sesuatu sebelum segalanya benar-benar mencapai tahap abadi. Ketika seseorang berbicara keabadian, mungkin saja itu baik atau bahkan mengerikan. Keabadian kali ini hanya Tuhan yang tahu. Terbang Terbang Terbang.
Komentar
Posting Komentar