Saya memutuskan untuk jadi penjaga gawang sekitar 2 tahun yang lalu. Ketika saya dipaksa mau tidak mau disuruh menjaga gawang sewaktu bermain di turnamen kecil sewaktu ulang tahun gereja. Pada akhirnya hanya sampai semi final saja. Mengingat itu sudah cukup bagus karena pertandingan, pemainnya tidak lengkap karena sibuk urusan sendiri. Jadi seorang penjaga gawang amatir seperti saya ada enak dan ada tidak enaknya. Tidak enaknya waktu pertama dulu saya banyak lecet dan bahkan siku sampai bengkak sebesar bakso tenis. Enaknya jadi kiper adalah waktu sedih , bisa jadi pelampiasan mengingat bisa body contact dan mukul bola seenaknya. Saya waktu itu biasa bermain menggunakan tangan kosong tanpa sarung tangan. Ketika saya coba pinjam punya teman, ternyata rasanya tidak enak sama sekali. Dan akhirnya kembali tidak menggunakan sarung tangan. Alasan saya suka tidak menggunakan sarung tangan adalah tangan biasa leluasa merasakan bola dan lebih lengket di tangan. Tiba-tiba saya berubah pikiran se...