Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Sarung Tangan Baru

Saya memutuskan untuk jadi penjaga gawang sekitar 2 tahun yang lalu. Ketika saya dipaksa mau tidak mau disuruh menjaga gawang sewaktu bermain di turnamen kecil sewaktu ulang tahun gereja. Pada akhirnya hanya sampai semi final saja. Mengingat itu sudah cukup bagus karena pertandingan, pemainnya tidak lengkap karena sibuk urusan sendiri. Jadi seorang penjaga gawang amatir seperti saya ada enak dan ada tidak enaknya. Tidak enaknya waktu pertama dulu saya banyak lecet dan bahkan siku sampai bengkak sebesar bakso tenis. Enaknya jadi kiper adalah waktu sedih , bisa jadi pelampiasan mengingat bisa body contact dan mukul bola seenaknya. Saya waktu itu biasa bermain menggunakan tangan kosong tanpa sarung tangan. Ketika saya coba pinjam punya teman, ternyata rasanya tidak enak sama sekali. Dan akhirnya kembali tidak menggunakan sarung tangan. Alasan saya suka tidak menggunakan sarung tangan adalah tangan biasa leluasa merasakan bola dan lebih lengket di tangan. Tiba-tiba saya berubah pikiran se...

Saya bukan emas dan Saya berkarat di sini

Sensitif sekali jika orang waktu ditanya masalah kapan punya momongan waktu orang tersebut sudah menikah selama 5 tahun lebih dan belum punya anak. Iya kalau kenal banget sama orang yang ditanyai, kenal aja juga baru tanya udah kayak gitu. Tapi di sisi lain butuh mental yang sekuat tembok bambu untuk menanyakannya. Saya adalah mahasiswa semester 8 di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Tidak perlu menebak apakah itu UGM, ITB, atau UI. Ketika anak kuliahan ditanyai semester berapa, pasti jawabnya angka. Anehnya, waktu saya kecil saya sering mendengar anak kuliahan jika ditanya semester jawabannya semester akhir. Dilema buat mahasiswa pas-pasan seperti saya yang tidak bisa meramalkan semester ke berapakah yang akan menjadi akhir semester dari masa perkuliahan saya. Namanya manusia pasti punya cita-cita buat lulus cepet. Tapi apa daya ketika faktor yang tidak bisa didefinisikan alias apes yang menjadi penghalang. Apes adalah sekumpulan kebodohan masa lampau yang berujung penyesalan y...

Ludah dan Luka

Jika kita sering melihat anjing, mereka sering sekali menjilat lukanya. Saya kurang mengerti apa ada kandungan dalam ludah yang dapat mengeringkan luka. Setelah itu anjing itu selalu menguatkan dirinya untuk terus berlari dan bergerak sebagaimana biasanya. Meskipun terkadang anjing itu berhenti dan menjilat kembali lukanya. Mulai bingung arti lagi apa ketika menjilat luka, anjing tersebut bertujuan mengurangi rasa sakit dalam luka tersebut? Entahlah. Seiring berjalannya waktu luka itu pasti semakin mengering. Mengering hingga akhirnya dapat terkelupas dan tidak ada darah lagi. Ketika sudah terkelupas luka tidak akan sakit dan mengerikan seperti sebelumnya. Parah tidaknya luka kita bukan tergantung dari asal dan akibatnya, melainkan tergantung apakah sang manusia ini mampu dan kuat menahan sakit. Atau bahkan manusia ini terbiasa terluka sehingga menganggap sesuatu yang besar itu hal yang biasa terjadi. Sekalipun lukanya menganga lebar sekali. Tidak ada salahnya berpikir berulang kali se...

Kecoa Sekarat

Hari pertama setelah hari kemarin. Semua berjalan sangat lambat, mata saya tetap menanti sesuatu di layar. Berharap semuanya akan baik-baik saja dan tidak menyakitkan. Menyakitkan di segala sisi, memang begitu kalo ketergantungan terhadap sesuatu. Ketergantungan mengakibatkan kita seakan-akan tidak bisa hidup tanpa hal tersebut. Menjadi lemah itu wajar, wajar sekali bahkan jika mencoba menghentikan ketergantungan. Bukan hal yang mudah hidup tanpa seseorang yang disayangi. Semua seakan berjalan menuju sesuatu yang tidak tahu arah tujuan akhir. Asal berjalan dengan mata menatap hanya ke depan. Tidak menoleh kanan dan kiri, seakan tidak mengerti bahwa dunia sedang berjalan sangat cepat. Hari ini menyaksikan binatang yang paling ditakuti dia sekarat itu adalah sesuatu hal yang absurd. Saya merasa absurd karena saya merasa senasib seperti kecoa tersebut. Dia tidak akan sungkan dan malu mengusir bahkan membunuh kecoa tersebut. Kecoa itu sepertinya habis terinjak seseorang atau bagaimana seh...

Belajar Bertahan

Hari ini saya menonton film yang berjudul "The Secret Life of Bees". Film ini menggambarkan betapa sulitnya hidup dalam berbagai masalah. Masalah muncul karena adanya deskriminasi pada kulit hitam. Melalui film ini saya mengerti bahwa hidup menjadi lebah tidak semudah seperti ukuran lebah yang kecil. Lebah harus mau menanggung beban berat saat dia terbang. Lebah tidak bisa hidup individualis, harus selalu bekerja sama dalam setiap aspek. "Bahkan yang kecil sekalipun harus dicintai", perkataan ini mengingatkan agar saya harus selalu menghargai orang lain. Berhenti meremehkan orang lain meskipun banyak kelemahan yang kita tahu. Makna kata "kecil" di sini berarti beberapa kalangan yang termarjinalkan. Kita sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Fisik tidak masalah di hadapan Tuhan. Bagi yang memiliki fisik bagus bersyukurlah, karena tidak semua beruntung seperti kamu. Lebih berbahagia lagi orang yang tidak memiliki fisik rata-rata tetapi mereka berhati mulia le...

Sedikit Kebaikan Keseharian

Hayo lagi baca ya? Udah tau kan yang bikin blog siapa?. Repot emang kalo mesti urusin yang begituan. Tapi jika dipikir lagi memang itu udah jadi keseharian orang yang suka mau tahu aja. Istilah kerennya Knowing Every Particular Object alias KEPO. Semua dilakukan karena sudah terbiasa dan menjadi kebiasaan. Sekali lagi saya bukan Tuhan yang bisa bilang itu baik atau tidak. Sekali lagi di negara saya Indonesia ada lagi kebiasaan yang tidak lazim. Kebiasaan yang ini adalah terusan dari KEPO tadi alias gossip. Kebiasaan satu ini di Indonesia malah diatur dalam UUD 19 45 Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Dan masih ada undang-unda ng lain nya y ang menjelaskan. Jangan berpikir negatif dulu terhadap bangsa kita tercinta ini. Menurut saya peraturan tersebut bukan malah mendukung ti ndakan " ngrasani " itu tadi. Perat uran tersebut malah bertujuan meng h apuskan ti...

Lautan Ketakutan

Mengingat dua postingan terakhir yang melibatkan suasana hati. Kali ini masih dalam ruang labirin suasana hati. Tuhan memang Maha dalam segala hal. Pikiran dan perasaan kita dibuat bingung mengenai masa depan yang enggak pernah pasti. Ketidakpastian seringkali ditakuti banyak orang termasuk saya. Tidak pasti sukses jika terus seperti ini. Terus melibatkan suasana hati dalam hidup. Semuanya tidak berjalan objektif. Suasananya bener-bener tidak enak. Kondisi badan sudah seperti dihajar massa, ulu hati sakit setengah mati. Otak tidak bisa diajak berpikir jernih. Terus terang, saya malu sampai detik ini belum bisa bawa nama keluarga ke tingkat yang tinggi. Hidup penuh pilihan. Setiap malam saya mencoba tidur dan memastikan setelah membuka mata semua hal pasti baik-baik saja. Akhirnya gagal, sehingga saya tidak bisa tidur sekarang. Nenekku sering berkata bahwa di waktu malam, banyak sekali dewa yang istilahnya patroli di dunia ini menabur rejeki dari segala sisi. Sepertinya saya tidak ada...