Tuhan Sang Waktu, kita sering mendengar bagaimana Tuhan menyatakan takdirnya dengan waktu. Tidak perlu panjang lebar membahas ini karena sebelumnya sudah pernah saya bahas. Sekali lagi saya bukan guru yang bermaksud menggurui atau berhak memvonis benar salah suatu hal. Ini sedikit ilmu dari kehidupan yang perlahan dilalui dan berarti.
Bangun pagi adalah harapan banyak umat manusia. Bangun pagi adalah kegiatan di mana kita berharap hal itu akan menjadi awal baik dengan semangat baru pula. Pernah kita mendengar bagaimana kesempatan berikutnya dinyatakan dengan hari esok.
Hari esok tidak selalu cerah, ketidakcerahan hari esok ditentukan kualitas bangun pagi kita. Berdasarkan
pengalaman saya bangun pagi itu terbagi menjadi dua, yaitu bangun pagi melenting sempurna dan melenting sebagian. Bangun tidur melenting sebagian terjadi ketika alam tidur bertabrakan dengan alam nyata yang lebih kuat, alhasil kita tidak selalu bangun bahkan tidur lagi. Sedangkan bangun tidur melenting sempurna benar-benar terjadi tabrakan kuat antara alam tidur dan nyata secara sama kuat. Melenting sempurna menyebabkan kita bangun dan sadar akan apa yang dilakukan berikutnya.
Sepertinya ada yang tidak asing dengan istilah tadi. Saya menggabungkannya dengan istilah jenis-jenis tumbukan momentum. Sayang sekali tidak ada bangun tidur yang tidak lenting sama sekali. Tidak lenting sama sekali berarti gagal bangun dong ya.
Tentunya bangun tidur yang baik adalah bangun tidur yang melenting sempurna. Sebuah tabrakan atau tumbukan tersebut terjadi karena ada pemicu yang menjadi penyebab. Pemicu bangun misalnya adalah alarm. Alarm sering disebut musuh utama manusia, karena sering merusak tidur yang nikmat.
Tidur itu enak sekali apalagi ketika setelah beraktivitas berat seharian. Kita selalu berharap bisa tidur selama mungkin dan bangun sesuka hati kita. Kelupaan kita akan bersyukur pada Tuhan adalah salah satu bentuk tidur pada kehidupan. Pada hakikatnya sama kita terlena dan lebih memilih bermalas-malasan.
Barusan saya terlena dengan keadaan nyaman. Saya sangat nyaman dimana didampingi pacar yang baik hingga seringkali lupa berdoa. Terlena dengan mengerjakan tugas terkadang juga menjadikan saya malas berdoa. Buruk sekali memang jika sifat manusiawi yang satu ini.
Siapa yang bisa membangunkan kita dari tidur yang satu ini? Tuhan tentunya. Barusan saya dihadapkan dengan keadaan yang tidak enak. Diputus pacar dan modem hilang entah kemana. Nenek saya menganjurkan untuk berdoa. Tidak perlu waktu lama, malam harinya semua masalah ini selesai begitu saja. Tuhan tidak hanya Sang Waktu, melainkan juga Sang Alarm.
Bangun pagi adalah harapan banyak umat manusia. Bangun pagi adalah kegiatan di mana kita berharap hal itu akan menjadi awal baik dengan semangat baru pula. Pernah kita mendengar bagaimana kesempatan berikutnya dinyatakan dengan hari esok.
Hari esok tidak selalu cerah, ketidakcerahan hari esok ditentukan kualitas bangun pagi kita. Berdasarkan
pengalaman saya bangun pagi itu terbagi menjadi dua, yaitu bangun pagi melenting sempurna dan melenting sebagian. Bangun tidur melenting sebagian terjadi ketika alam tidur bertabrakan dengan alam nyata yang lebih kuat, alhasil kita tidak selalu bangun bahkan tidur lagi. Sedangkan bangun tidur melenting sempurna benar-benar terjadi tabrakan kuat antara alam tidur dan nyata secara sama kuat. Melenting sempurna menyebabkan kita bangun dan sadar akan apa yang dilakukan berikutnya.
Sepertinya ada yang tidak asing dengan istilah tadi. Saya menggabungkannya dengan istilah jenis-jenis tumbukan momentum. Sayang sekali tidak ada bangun tidur yang tidak lenting sama sekali. Tidak lenting sama sekali berarti gagal bangun dong ya.
Tentunya bangun tidur yang baik adalah bangun tidur yang melenting sempurna. Sebuah tabrakan atau tumbukan tersebut terjadi karena ada pemicu yang menjadi penyebab. Pemicu bangun misalnya adalah alarm. Alarm sering disebut musuh utama manusia, karena sering merusak tidur yang nikmat.
Tidur itu enak sekali apalagi ketika setelah beraktivitas berat seharian. Kita selalu berharap bisa tidur selama mungkin dan bangun sesuka hati kita. Kelupaan kita akan bersyukur pada Tuhan adalah salah satu bentuk tidur pada kehidupan. Pada hakikatnya sama kita terlena dan lebih memilih bermalas-malasan.
Barusan saya terlena dengan keadaan nyaman. Saya sangat nyaman dimana didampingi pacar yang baik hingga seringkali lupa berdoa. Terlena dengan mengerjakan tugas terkadang juga menjadikan saya malas berdoa. Buruk sekali memang jika sifat manusiawi yang satu ini.
Siapa yang bisa membangunkan kita dari tidur yang satu ini? Tuhan tentunya. Barusan saya dihadapkan dengan keadaan yang tidak enak. Diputus pacar dan modem hilang entah kemana. Nenek saya menganjurkan untuk berdoa. Tidak perlu waktu lama, malam harinya semua masalah ini selesai begitu saja. Tuhan tidak hanya Sang Waktu, melainkan juga Sang Alarm.
Komentar
Posting Komentar