Hidup di Indonesia bukan seperti hidup di sebuah negara yang satu pemikiran, satu warna kulit, satu suku, dan satu kepercayaan. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi kemerdekaan berpendapat. Kemerdekaan ini tentu saja harus diiringi dengan sikap tanggung jawab. Menurut saya tidak sedikit masyarakat Indonesia yang sudah mampu berpendapat dengan diiringi sikap tanggung jawab atas akibat dari ucapan atau perbuatannya.
Beberapa dari kita menganggap ilmu agama adalah suatu senjata untuk membenarkan adanya tirani. Sikap ini berujung pada anarki yang tidak diiringi rasa tanggung jawab, hingga menginginkan semua orang harus menuruti apa maunya. Negara kita Indonesia tercinta adalah negara hukum yang selalu menjunjung tinggi kebebasan beragama.
Sangat menyakitkan bagi saya pribadi ketika Sang Presiden mendapat penghargaan World Statesman Award karena mampu menjunjung tinggi toleransi keberagaman pelaksanaan agama di Indonesia. Dimana masih banyak penindasan yang berlabelkan agama terjadi di penjuru Indonesia, bahkan hingga kini.
Pada hakikatnya keanekaragaman warna itu berasal dari tiga warna utama, yaitu merah, kuning, dan hijau. Jika digabungkan akan membentuk warna baru, berdasarkan porsinya tentu saja. Logikanya semakin banyak warna yang ada, akan semakin indah pula suatu gambar. Jika terjadi suatu dominasi berlebihan dari salah satu warna, tentunya warna itu pula lah yang paling mirip. Begitu pula Indonesia yang setiap elemennya harus mampu berdampingan dengan harmonis agar menjadikan suatu keindahan.
Sekarang ini kita dihadapkan pada keputusan untuk memilih pemimpin yang mampu menjunjung tinggi prinsip Bhinneka Tunggal Eka. Yang mampu menebalkan garis keanekaragaman kembali yang sempat dirusak. Sekali lagi Indonesia bukan Negara Islam atau Negara Kristen atau Negara Hindu atau Negara Buddha. Jangan jadikan dirimu menjadi sampah yang tidak memiliki tempat selain tong sampah. Jadikan dirimu sebagai salah satu warna indah dan dinamis yang selalu mengindahkan perbedaan.
Beberapa dari kita menganggap ilmu agama adalah suatu senjata untuk membenarkan adanya tirani. Sikap ini berujung pada anarki yang tidak diiringi rasa tanggung jawab, hingga menginginkan semua orang harus menuruti apa maunya. Negara kita Indonesia tercinta adalah negara hukum yang selalu menjunjung tinggi kebebasan beragama.
Sangat menyakitkan bagi saya pribadi ketika Sang Presiden mendapat penghargaan World Statesman Award karena mampu menjunjung tinggi toleransi keberagaman pelaksanaan agama di Indonesia. Dimana masih banyak penindasan yang berlabelkan agama terjadi di penjuru Indonesia, bahkan hingga kini.
Pada hakikatnya keanekaragaman warna itu berasal dari tiga warna utama, yaitu merah, kuning, dan hijau. Jika digabungkan akan membentuk warna baru, berdasarkan porsinya tentu saja. Logikanya semakin banyak warna yang ada, akan semakin indah pula suatu gambar. Jika terjadi suatu dominasi berlebihan dari salah satu warna, tentunya warna itu pula lah yang paling mirip. Begitu pula Indonesia yang setiap elemennya harus mampu berdampingan dengan harmonis agar menjadikan suatu keindahan.
Sekarang ini kita dihadapkan pada keputusan untuk memilih pemimpin yang mampu menjunjung tinggi prinsip Bhinneka Tunggal Eka. Yang mampu menebalkan garis keanekaragaman kembali yang sempat dirusak. Sekali lagi Indonesia bukan Negara Islam atau Negara Kristen atau Negara Hindu atau Negara Buddha. Jangan jadikan dirimu menjadi sampah yang tidak memiliki tempat selain tong sampah. Jadikan dirimu sebagai salah satu warna indah dan dinamis yang selalu mengindahkan perbedaan.
Komentar
Posting Komentar