Ada penyakit sosial dimana anak muda jaman sekarang lebih sering mengeluh. Bisa jadi saya juga termasuk di dalamnya. Mengeluh di jaman yang serba mudah ini, di mana kita kalau lapar tingga telepon maka langsung diantar. Bayangkan jika masih jaman surat menyurat ? Bisa mati kita nungguin makannya dikirim.
Kita terlalu mudah untuk hidup makanya naluri kita untuk memilih sering tidak digunakan. Mungkin waktu kita ditanya penemu telepon yang keluar dari mulut kita pasti Alexander Graham Bell, padahal sebenarnya Antonio Meucci. Bayangkan kita dari kecil sudah dicekoki ilmu yang tidak teruji kebenarannya. Bisa dibilang kita juga terbiasa menerima informasi secara mentah dan menelannya bulat-bulat.
Sekarang ini seringkali terjadi praktek demokrasi yang berlebihan. Banyak sampah di setiap komen youtube misalnya. Lebih parahnya lagi presiden kita bangga kalau rakyatnya jadi sebagian besar pengguna di facebook dan twitter. Apalagi beliau ikutan bikin akun sekarang ini. Bayangkan presiden aja bisa tidak selektif dalam bertindak.
Waktu mengisi bak mandi jika sudah terisi penuh namun kran air masih mengalir, tentunya banyak air yang terbuang dan itu bayar. Siapa bilang tidak ada harga yang dibayar ketika kita nyampah di suatu tempat. Selain bandwith internet sama waktu yang terbuang, bahkan harga yang dibayar bisa jadi nama baik kita sendiri.
Sebentar lagi Indonesia ada pesta demokrasi untuk memilih calon presiden kita. Bayangkan bagaimana nantinya kita salah memilih presiden, pasti hasilnya banyak demo di mana-mana. Mau punya presiden yang suka main tembak kepala orang kalau tidak sependapat ? tentu saja tidak.
Banyak aspek dalam hidup kita yang memaksa kita untuk selektif apalagi jika kita disadari oleh keterbatasan. Ayo kita mulai selektif dari diri sendiri. Seperti mulai makan makanan yang sehat hingga memilih calon pasangan hidup yang tepat, oh iya jangan salah memilih teman juga. Jika kita terbiasa selektif pasti nanti hasilnya akan positif.
Stop Complaining and Start Living Selectively.
Kita terlalu mudah untuk hidup makanya naluri kita untuk memilih sering tidak digunakan. Mungkin waktu kita ditanya penemu telepon yang keluar dari mulut kita pasti Alexander Graham Bell, padahal sebenarnya Antonio Meucci. Bayangkan kita dari kecil sudah dicekoki ilmu yang tidak teruji kebenarannya. Bisa dibilang kita juga terbiasa menerima informasi secara mentah dan menelannya bulat-bulat.
Sekarang ini seringkali terjadi praktek demokrasi yang berlebihan. Banyak sampah di setiap komen youtube misalnya. Lebih parahnya lagi presiden kita bangga kalau rakyatnya jadi sebagian besar pengguna di facebook dan twitter. Apalagi beliau ikutan bikin akun sekarang ini. Bayangkan presiden aja bisa tidak selektif dalam bertindak.
Waktu mengisi bak mandi jika sudah terisi penuh namun kran air masih mengalir, tentunya banyak air yang terbuang dan itu bayar. Siapa bilang tidak ada harga yang dibayar ketika kita nyampah di suatu tempat. Selain bandwith internet sama waktu yang terbuang, bahkan harga yang dibayar bisa jadi nama baik kita sendiri.
Sebentar lagi Indonesia ada pesta demokrasi untuk memilih calon presiden kita. Bayangkan bagaimana nantinya kita salah memilih presiden, pasti hasilnya banyak demo di mana-mana. Mau punya presiden yang suka main tembak kepala orang kalau tidak sependapat ? tentu saja tidak.
Banyak aspek dalam hidup kita yang memaksa kita untuk selektif apalagi jika kita disadari oleh keterbatasan. Ayo kita mulai selektif dari diri sendiri. Seperti mulai makan makanan yang sehat hingga memilih calon pasangan hidup yang tepat, oh iya jangan salah memilih teman juga. Jika kita terbiasa selektif pasti nanti hasilnya akan positif.
Stop Complaining and Start Living Selectively.
Komentar
Posting Komentar